BUDIDAYA LELE - (SISTEM BIOFLOK)
BANYUWANGI - Budidaya Ikan Lele Teknik Bioflok
Budidaya ikan lele saat ini terus terus berkembang karena teknologi budidaya yang relatif mudah bagi masyarakat. Budidaya lele juga bisa dilakukan dilahan yang tidak terlalu luas atau dilahan sempit.
BOBs (25), warga Kabupaten Banyuwangi yang membuat model pemeliharaan lele dengan sistem bioflok. Budidaya dengan sistem bioflok yang dicetuskan membuatnya menjadi mitra Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Ia pun harus keliling seluruh Indonesia untuk membuat kolam bundar budidaya lele dengan sistem bioflok tersebut.
Saat ditemui di rumahnya Jl. Kapten Sutaji Gg.II No.31 RT 03/RW 02, Kelurahan Tukangkayu, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terdapat 5 kolam dengan model bioflok. Adapun bioflok ini merupakan sistem budidaya dengan memanfaatkan bakteri yang membentuk flok.
BOBs mengakui jika dulunya hobi memelihara lele dengan kolam konvensional. Semenjak 2019 sampai 2020 sudah menggunakan terpal, namun kolamnya masih konvensional.
"Ide ini karena petani condong kolam tanah, membutuhkan lahan luas, kemudian timbul untuk mengembangkan kolam praktis, efektif dan tidak memakan lahan luas. Kemudian dengan kolam bundaran dari terpal," kata BOBs saat ditemui di rumahnya, Kamis (03/12/2020).
Sistem bioflok ini, kata dia, munculnya sekitar tahun 2011-an di Wiradesa, Pekalongan. Ketika itu, di Pekalongan dikembangkan dengan media kolam bundar sebagai uji coba.
Klik ! Tonton Video Kami Di Youtube
"Yang buat kolam saya, sistemnya petani membutuhkan kolam yang baru, efektif dan budidaya lebih efektif. Kalau kolam konvensional lahan luas, hasil belum maksimal dan lele berbau tanah. Kemudian dengan uji coba muncul sistem yang lebih higienis dengan media kolam bundar dan berkembang sampai sekarang,"
Dari uji coba kolam bundar di Pekalongan tersebut, katanya, membuat pejabat dari KKP yang tertarik mengembangkan sistem budidaya bioflok media kolam bundar.
Kemudian di kolam tersebut ditambah dengan penyuplai oksigen. Selain itu, dalam kolam dipasang pipa yang disalurkan keluar sebagai pipa pengatur ketinggian air. Hal ini jika kolam misalnya terisi air hujan maupun diisi air sampai penuh, dengan sendirinya air dan kotoran maupun endapan lainnya akan keluar melalui pipa pengatur ketinggian tersebut.
"Setelah itu, saya digandeng KKP untuk mengembangkan cara budidaya bioflok. Kemudian sistem budidaya bioflok jadi project nasional sampai sekarang," ujarnya.
Adapun untuk pembuatan kolam bundar sebagai project, katanya, ukuran kolam bundar dengan diameter 3 meter, ketinggian 1 meter, yang diisi air setinggi 90 cm dan mampu menampung 3.000 ekor lele. Kemudian bahan membuat kolam berupa terpal, rangka besi 6 mili meter, karpet alang, pipa peralon dan lain-lainnya.
"Perkiraan satu kolam bundar dengan diameter 2 meter ini biayanya Rp 1,4 juta. Satu hari bisa membuat 1-5 kolam dengan catatan bahan telah siap. Biaya ini belum termasuk membuat saluran pembuangan air," katanya.
Untuk ukuran kolam bundar lainnya diameter 1 meter biaya Rp 700 ribu, diameter 1,5 meter Rp 850 ribu serta diameter 2 meter Rp 1 Juta. Nantinya setelah kolam jadi, kemudian diisi air dengan ditambah bakteri, tetes tebu, dedak dan lain-lainnya. Setelah itu, sekitar 3-4 hari kemudian baru diisi benih lele.
"Keuntungan dengan bioflok ini lahan terbatas, hasil maksimal, kualitas daging ikan lebih bersih," ujarnya.
Adapun di kolam miliknya ada 5 kolam, yang terisi lele 5 kolam. Untuk kebutuhan makan ikan diberikan sehari dua kali pada pagi dan sore. Kemudian kebutuhan pakan berupa pelet, satu kolam butuh sekitar 300 kg pakan untuk kebutuhan 3.000 ekor lele selama 3 bulan.
"Rata-rata satu minggu panen 1-2 kolam, kemudian kolam lainnya diisi benih lele. Lele yang dipanen diambil tengkulak sekarang perkilo Rp 17.000," ujar dia.
Pembuatan kolam bundar ini telah dilakukan di seluruh Indonesia. .
INFO :
CP WA : +62 87855570955
ALAMAT : JL. KAPTEN SUTAJI Gg.II NO.31 RT.03/RW.02
Kel. Tukangkayu, Kec. Banyuwangi,
Kab. Banyuwangi – Jawa Timur.
Komentar
Posting Komentar